Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Nala ; Menyapa dengan Pena

Gambar
Selamat pagi Ksatrian Nala. Mari memulai untuk menulis, agar nanti kita punya bekal untuk mengenang hari ini.     

catatan; surat lamaran kerja

Gambar
 dari catatan-catatan kecil, seseorang bisa mendapatkan hal-hal besar   Disusun berdasarkan catatan dari Afiqoh, Defrina Enxa, dan Putri Purwa

KLAIM

Rasa rindu membuncah kala gema meraung di sudut ruangan, sore itu. Setitik bayangan mulai melintas hingga mengingatkanku pada kabar burung itu. Ya, kabar burung yang telah dirancang oleh makhluk-makhluk dengan bayangan kekuasaannya. Entah mengapa, profesionalisme mudah sekali hilang apabila diukur dari materi dan jabatan yang diusung. Kekejaman naluri yang hanya bisa dimengerti oleh pemuda cendekiawan dengan kemampuan memutar balikkan fakta, nantinya. ‘ Kasus Positif virus Corona (COVID-19) di Indonesia telah mencapai angka 20.162 kasus.’ ‘Kasus Positif virus Corona (COVID-19)....’ ‘Kasus Positif...’ Bahkan ufuk timur belum menyiratkan semburat malunya, telinga seakan dipekakkan informan dengan lembaran data belum efisien. Masih hangat diperbincangkan, tentu saja sebagai alternatif ajaib untuk mengundang simpati dan sudut pandang kaum pemikir. Berupa kasus tak berdasar, hanya timbul sebagai berita mayoritas yang akan mengikis berita kemanusiaan. Beberapa mungkin tak paham dan hanya per...

#dibaliklayar; proses tak pernah berbohong

Gambar
Tidak pernah ada proses yang mudah, tapi seseorang tak akan mencapai kemudahan dalam hidupnya tanpa berproses. interval; ini adalah raut-raut wajah yang selalu berproses.  XII MIPA 4; belajar bersama bisa bersama kesulitan adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah proses, jika kita menyerah, kita tak akan pernah menemukan akhir yang mudah, juga indah.    

Selembar

Berita corona sudah mulai terdengar di segala penjuru negeri. Takut! Semua orang berusaha memutar otak bagaimana cara mematikannya. Tidak pandang muda, tua, kaya, miskin, cantik, tampan, semua bisa mati karena virus ini. “Lagi - lagi corona yang jadi topik utama.” pikirku. Kutengok 2 pemuda sedang menatap berita di layar televisinya. Kulihat dari  ekspresinya bertanya tanya, “Memangnya virus ini bisa bikin mati?” “Semenyeramkan itukah virus ini?” Salah seorang dari mereka pun angkat suara “ Hei, jual saja masker seharga 2 juta per pack”katanya. Dasar manusia serakah,  egois, dan tidak tau diri, bisa bisanya mereka menjual selembar kain dengan harga yang tidak manusiawi. Padahal diluar sana banyak insan yang membutuhkanku. “Biadab. Tidak punya hati” panas hatiku melihat mereka. Manusia bodoh yang disetir oleh nafsu dan menuruti nafsunya tanpa berpikir  akibatnya. Dipesannya aku lewat kotak hitam miliknya itu. Mereka membeliku murah tapi d...

catatan; sastra dan nonsastra

Gambar
 mencatatlah untuk mengingat dan berbagilah agar bermanfaat  Disusun berdasarkan catatan Afiqoh, Defrina, dan Putri Purwa.  

Mercu : Dari Sisi yang Lain

Gambar
Menulis menjadikan seseorang lebih peka pada sekitar. Sebab menulis butuh rangkuman jari untuk menuntun pena, pikiran untuk menyusun logika, dan hati untuk menuangkan rasa.   

Elit

Semuanya sudah terlambat, kita semua kalah. Inilah akhirnya. Dunia sudah tidak terbentuk lagi. Seandainya waktu itu aku mematuhi perintah, seandainya waktu itu aku nurut. Meskipun aku tahu bahwa semua ini hanyalah propaganda kaum elit. Begitu banyak berita yang menyebar, begitu banyak konspirasi, begitu banyak kontroversi. Suara-suara jeritan yang aku dengar, berteriak menuntut keadilan, meronta-ronta, dan memberontak. Semua fasilitas milik Negara bahkan pribadi pun dirusak. Kaum elit yang bersembunyi di balik dinding, mencari cara untuk menghadapi kami yang memberontak. Semua diambil, direbut, dirampas dari kami, bahkan kebebasan! Virus yang dibentuk untuk memusnahkan sepertiga manusia pun gagal. Senjata biologis itu semakin kuat. Pemerintah sudah tidak sanggup, dokter dan ahli kesetahan semakin berkurang jumlahnya. Bahkan rakyat jelata tidak mematuhi protocol kesehatan yang diperintahkan. Hanya kaum elit dunia yang menari-nari diatas kesengsaraan kami. Mereka seolah-olah tidak peduli...

catatan; teks cerita sejarah

Gambar
  mencatat hari ini, membaca kembali esok hari, mengingat selamanya   Disusun berdasarkan catatan dari Defrina Enxa dan Putri Purwaningrum    

Ujung Tanduk

     Gelap, tapi tak segelap seperti kenyataannya, mungkin itulah awal pikiranku ketika planet biru di galaksi nan luas ini sedang memulihkan dirinya. Opini individu memang tidak bisa disamakan, ketika presenter mulai membicarakan topik paling hangat di muka bumi ini. Mungkin ada yang hikikomori, ada juga yang tiba-tiba bermain menjadi Tuhan. Benar, tidak ada yang bisa melarang, namanya juga mahluk penuh hawa nafsu.     “Gila,dunia kayak udah mau kiamat aja ya!” ujar Naufal yang otaknya sudah banyak  terdoktrin dengan film-film Hollywood. Tapi,seperti pemikiranku tadi, opini tidak bisa  disamakan.    “Bisa juga sih, gak bakal bebas ini mah!” ujar aku dengan membututi ekor dari pemikiran  Naufal.     Presenter terus mengoceh seolah kondisi saat ini memang gampang untuk mengundang  Malaikat Izrail, diikuti dengan dukungan angka bernilai besar hasil pekerjaannya. Aku pun terus  memandang layar 15-16 inci ini tanpa m...