Selembar


Berita corona sudah mulai terdengar di segala penjuru negeri.

Takut!

Semua orang berusaha memutar otak bagaimana cara mematikannya. Tidak pandang muda, tua, kaya, miskin, cantik, tampan, semua bisa mati karena virus ini.

“Lagi - lagi corona yang jadi topik utama.” pikirku.

Kutengok 2 pemuda sedang menatap berita di layar televisinya. Kulihat dari ekspresinya bertanya tanya,

“Memangnya virus ini bisa bikin mati?”

“Semenyeramkan itukah virus ini?”

Salah seorang dari mereka pun angkat suara

“ Hei, jual saja masker seharga 2 juta per pack”katanya. Dasar manusia serakah, egois, dan tidak tau diri, bisa bisanya mereka menjual selembar kain dengan harga yang tidak manusiawi. Padahal diluar sana banyak insan yang membutuhkanku.

“Biadab. Tidak punya hati” panas hatiku melihat mereka.

Manusia bodoh yang disetir oleh nafsu dan menuruti nafsunya tanpa berpikir akibatnya. Dipesannya aku lewat kotak hitam miliknya itu. Mereka membeliku murah tapi dijualnnya dengan laba yang kelewat nalar. Sudah gila memang.

Dia keluar dari kostnya dan menaiki besi tua miliknya.

“Rhummm rhummmm” suara besi tua itu berdesing di tengah terik.

Besi tua itu pun bergerak menuju ATM terdekat, lalu lalang ibu kota yang ramai akan kendaraan  yang bergerak sana sini. Panas terik tak membuat dia lelah,bahkan macet pun tak membuat ia patah semangat. Satu minggu lamanya ia menunggu kedatangan barang yang ia pikir bisa mengubah hidupnya. Sekardus barang yang mirip denganku pun datang.

“ PAKET PAKET !!“ kata orang berbaju orange itu.

Dia beranjak dari kasurnya dan mulai melangkahkan kakinya dengan jiwa penuh api.

“Kriieeeetttt!” suara pintu lapuk itu terbuka, terpampanglah seorang lelaki berbaju orange sedang membawa kotak penuh harap.

“Paket mas, silakan tanda tangan disebelah sini” lelaki itu menyodorkan kertas bertabel miliknya pada insan bodoh didepannya.

“Iya mas, terimakasih.” lanjutnya

“Seneng banget gua, padahal cuma jualan gini doang bisa untung banyak. MAKASI COVID!!” teriaknya dalam gubuk tua itu, geram rasanya hatiku ingin kucabik mulutnya.

Apalah daya aku hanya selembar kain tak bernyawa tanpa hati, tanpa akal, yang kutahu aku hanya punya perasaan. Selembar plastik bening itu telah terbuka oleh sebuah pisau kecil yang dipegangnya. Terbukalah sekardus barang kembaranku.

“Ini nih, barang bagus, harganya juga bagus HAHA” sambil tertawa kesetanan dia membuka ponselnya. Entah apa yang mau dia lakukan, namun sudah jelas tersirat dimatanya bahwa dia akan melakukan hal bodoh.

“Bip bip bip…” suara ponsel itu.

Diangkatnya ponsel itu. Berbunga bunga hatinya menyapa seorang nan jauh disana.

Hari ini sudah banyak telefon yang masuk di ponsel milik lelaki itu.

Jalanlah sudah transaksi haram ini, entah sampai kapan…


Ditulis oleh Indra Puspita 

Komentar

  1. Terkadang kondisi memang membuat jalan pikiran seseorang untuk melakukan suatu kehendak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLAIM